Suya, Sate À la Afrika

Suya

Jika di Indonesia saya terbiasa dengan sate, di Afrika, saya bertemu Suya.

Jika anda penggemar sate yang variannya bejibun di Indonesia, saya tantang anda menikmati Suya, penganan khas Afrika Barat yang mirip dengan sate.

Suya sendiri sejenis barbecued meat yang awalnya diracik oleh suku Hausa di Nigeria dan Niger. Oya, Nigeria dan Niger itu negara yang berbeda ya, banyak yang masih berpikir Niger itu Nigeria. Suku Hausa yang sebagian besar adalah muslim, meracik penganan yang rasanya gurih ini dengan salah satu bumbu rahasia, namanya Tankora. Tankora adalah sejenis bumbu campuran dari cabe cayenne, paprika, kacang tanah, jahe dan bawang.

Cara masaknya mudah, siapkan saja Tankora dan lumurkan ke daging yang sudah diiris tipis hingga terbalut sempurna. Setelahnya tinggal dipanggang diatas bara api persis seperti penjual-penjual sate di Indonesia. Kadangkala penjual Suya menambahkan minyak kelapa diatas Suya yang sedang dipanggang untuk memperkuat aroma Tankora. Penyajian Suya tentunya irisan bawang merah segar. Bisa anda bayangkan rasanya si Suya?

Daging yang digunakan untuk membuat Suya umumnya daging sapi, ikan, dan ayam. Namun sekarang penjual-penjual Suya yang mudah ditemukan di jalanan mengolah ‘jeroan’ sapi menjadi variannya. Untuk satu tusuk Suya umumnya dijual seharga N200 atau sekitar 12 ribu rupiah. Saya sendiri hanya tiga kali mencoba Suya, menu darurat jika sedang malas masak plus kantong mengempis hehehe.

Suya sebelum dipanggang.
Suya sebelum dipanggang.
5-7 menit cukup untuk mematangkan Suya.
5-7 menit cukup untuk mematangkan Suya.
Makannya bisa dengan nasi putih panas. Bisa jadi pilihan cepat jika kantong sedang kempis hehehe.
Makannya bisa dengan nasi putih panas. Bisa jadi pilihan cepat jika kantong sedang kempis hehehe.

Ewa, Bubur Kacang ala Nigeria

Ewa, bubur kacang ala Nigeria.

Mari berkenalan dengan salah satu kuliner khas Nigeria, Ewa.

Ewa adalah sejenis bubur khas Nigeria yang menggunakan bahan dasar brown beans. Resep ini hanya membutuhkan bumbu sederhana yang terdiri dari bawang merah, garam, dua jenis cabe ;  red bell pepper dan habanero, cabe rawit super pedas Afrika yang berasal dari Amazon, minyak kelapa dan penyedap rasa. Secara umum rasa Ewa tak terlalu buruk bagi saya karena rasanya hampir mirip seperti gule maryam. Jika anda pernah mencicipi gule maryam (gule yang bahan bakunya dari kacang hijau, dimakan dengan roti maryam/canai), rasanya beda tipis dengan Ewa.

Cara memasak Ewa hampir sama dengan cara memasak bubur pada umumnya. Brown beans yang sudah dibersihkan sebanyak dua kali direbus di dalam air mendidih. Pebandingan air yang diperlukan terhadap beans adalah 3 : 1. Bumbu yang diperlukan di blender hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam rebusan kacang dan ditambahkan minyak kelapa. Rebus bubur selama 30 menit hingga lembut.

Ewa disajikan saat hangat dengan Shawa. Shawa adalah sejenis ikan yang digoreng kering dibumbui cabai dan bawang hingga kental. Rasa Shawa sendiri rasanya cukup spicy sehingga Nigerians biasa menambahkan plantain goreng yang manis sebagai penyeimbang rasa. Selain dengan Shawa, Nigerian juga memakannya dengan Garri, sejenis cassava kering yang ditumbuk. Cara memakan Garri hanya ditambahkan air ke dalam mangkuk dan dimakan bersamaan dengan Ewa. Tidak semua Nigerians suka menyantap Ewa. Bagi mereka yang tidak menyukainya, mereka akan memilih roti lokal yang bisa didapat hanya N50 dan menyantapnya dengan Shawa.

Saya pernah beberapa kali mencoba memakan Ewa dengan ikan dan plantain goreng. Rasanya tak cukup buruk meski saya jauh lebih suka memakan brown beans yang dibumbui bawang merah iris dan garam saja. Sebagai catatan, jika perut anda kosong dalam waktu yang cukup lama sekitar +/- 8 hingga 10 jam, kemudian memilih menyantap Ewa, anda perlu waspada. Anda tidak hanya akan kenyang karena memakan Ewa, namun perut akan panas karena beans mengeluarkan gas yang cukup kuat hingga perut anda akan sedikit mulas.

Ewa bisa disajikan dengan Shawa, ikan yang digoreng kering dengan saus diatasnya.
Fried plantain. Ini juga teman si Ewa, plantain yang dipilih biasanya manis hingga seimbang dengan rasa Ewa yang gurih.
Biasanya roti lokal juga dipilih untuk menemani Ewa. Bagi yang tidak terlalu suka dengan beans, mereka memilih roti dengan Shawa.
Yang ini namanya Garri, sejenis casssava tumbuk.