Accidental Recipe

Accidental Recipe.
Accidental Recipe.

I made a mistake with my cooking and I thought that was an embarrassing and terrible moment, but wait! As you know, It could be a moment you could create a new recipe if you use your sense of creativity!

Alright fellas, this is the story. That night I was so so damn tired reached flat at 9pm after a looong day but at the same time my tummy wanted a fill up. I had the urge to make something a bit special and so I chose to make meat ball soup. I searched through my kitchen to find ingredients that I needed to make my desired recipe.

I found beef meat and eggs in my fridge, flour and spices on my spice shelf. I used my blender to mince the beef, put the minced meat in a bowl with 3 eggs and kneaded the mixture. Then I added my spices – salt, white ground pepper, minced garlic, pinch of sugar for taste, and coriander as well. Then, I poured water into it. It seemed to be going fine, but then, I had this scary feeling that I might have added more water than I should have. Damn! my meat dough was too watery, soft. In my panic I decided that I had to put more maize or starch in my ‘too-soft’ dough and wished that it would make it all better.

But I was unlucky. My dough was still soft even after I added so much starch. I decided to go ahead and start molding my dough using 2 spoons and put them into pan full of boiling water. I wished that the meat balls would be floating after 5 until 10 minutes – a good sign that they are well done. Needless to say, I was disappointed when I saw that meat balls didn’t float. Then I decided not to give up and I chose to put my meat ball dough in the fridge overnight. But I still had 1 loud question in my head, how about my tummy? There was nothing I could do at this point, so I went to bedroom hungry. I was so upset really.

So, the next day, when I opened fridge, I saw my meat ball dough, and was still thinking of cooking again. While my dough became harder after being chilled, I took my pan, poured vegetable oil and Yes! I did! I fried the meat balls!!! And you know what? I tasted them, and seriously, they were really good. What a delightful surprise!

Then I remembered that I had tofu, chicken fillet, and paprikas. Without thinking twice I took garlic, onion, chillies, the basic spices I always for cook with. Then:

Step to step!
Step to step!
The last thing I did, paprikas! Lovely colors!
The last thing I did, paprikas! Lovely colors!

;

* I poured some vegetable oil about two tablespoons and let it heat up enough so I could stir-fry my basic spices. Onion and garlic first, then, I added chillies. I stir fried for just 5 minutes – my basic spices smelled good. Then I stirred in the chillies and let them fry for 2 minutes.

* I added cubes of tofu and stir-fried for 3-5 minutes, poured in 2 tablespoon of tomato sauce, 1 tablespoon of chilli sauce, and small water.

* Next step? I added black pepper, salt, pinch of sugar for sure *wink* my little secret*, and nutmeg.

* I fried chicken fillet before and I added them along with the fried meat balls. I let them mix for about 5 minutes and then I added soya sauce – put as much as you like. And for more flavour and colour, I cut some paprikas. I made sure I reduced the heat on my pan of meat balls while I was cutting the paprika. I didnt want my sauce to get dry. The last thing I did was spinkle some paprika to give more spicylicious taste and because I love red and orange colour of paprika.

Tarra! Feast your eyes on this accidental but perfect recipe on my sushi plate. I thought it would be prettier if I had sesame seeds and fresh leeks sprinkled on top of my freshly cooked meal.

Nyum nyum nyum, spicylicious!
Nyum nyum nyum, spicylicious!
That is the fried meat balls!
That is the fried meat balls!
Can you see the chicken? O gosh it makes me hungry immediately!
Can you see the chicken? O gosh it makes me hungry immediately!
Tofuuu!
Tofuuu!

;

I need to name this dish, any ideas? I keep thinking…hehehe…

O yeah, do not ever be nervous fellas if you make a mistake in cooking fellas, just relax be adventurous and think about creating something else and let your creativity work!!!

;

Cheers,

Azis.

Saya rindu warung, rindu makanannya!

Warung menurut saya memiliki kekhasannya sendiri. Dan makanannya bisa jadi salah satu makanan terenak di dunia.

Sejak tinggal di Lagos, beberapa kali saya tersiksa kerinduan itu. Pergi ke warung, memesan apa yang saya inginkan, merasakan atmosfer sekitar dan carut marut yang menyertainya. Sebuah epik kehidupan yang berbanding lurus dengan budaya, adat dan lingkungan. Saya merindukannya namun sial tak banyak menebus kerinduan itu dua bulan yang lalu saat pulang. Terlalu banyak menuruti ego dengan beberapa hal yang tentunya sekarang, saya sesali. Sungguh.
Saya tak menyediakan cukup waktu untuk sekedar hunting makanan-makanan warung yang sejatinya memiliki keunikannya sendiri. Di Lagos tak pernah sekalipun melihat apa yang saya anggap ‘warung’ meskipun beberapa tempat mungkin bisa dikatakan warung. Namun bagi saya warung di Indonesia tak ada tandingannya. Sebagai perantau munafik jika saya tak menyebutkan warung sebagai salah satu tempat khusus yang dirindukan. Terlebih makanannya. Di Indonesia, kita bisa leluasa menemukannya kemudian duduk. Memesan apa yang ingin kita pesan. Merasakan atmosfer yang selalu berbeda di setiap warung. Mengeluarkan lembaran rupiah untuk menu yang rata-rata masih murah.

Kerinduan-kerinduan itu kemudian mulai saya tepis. Berusaha keras membuat daftar makanan warung yang saya ingin saya makan, kemudian melampiaskannya dengan memasak. Jalan keluar apa lagi yang bisa saya patahkan jika bukan memasak sendiri makanan yang saya rindukan. Tidak seperti di Amsterdam restoran Indonesia menjamur, jangan berharap banyak menemukannya di Lagos. Lagos lebih banyak menyediakan restoran cina disamping kedai-kedia makanan yang menawarkan olahan lokal. Sesekali jika capai dan bosan dengan masakan sendiri saya menyempatkan ke restoran cina sekedar hanya memesan salah satu tom yam terenak yang mereka jual. Jelas tidak setiap hari karena jika iya, dompet saya akan sekarat karena harga yang mereka kenakan pada rata-rata porsi mereka tiga kali lebih mahal dari makanan restoran di Indonesia. Sejatinya memasak makanan di rumah jauh lebih hemat meskipun tingkat kecapaian dan kerepotan tidak mudah untuk beberapa makanan. Tapi kecapaian dan kerepotan itu akan pupus jika kerinduan akan makanan warung, seperti yang saya bilang, makanan terenak di dunia berhasil disantap. Meskipun minus atmosfer. Makanan yang seringkali saya rindukan, bukan saya saja, teman flat saya pun begitu seperti mereka ini.

Pecel.

Bisa makan pecel di Afrika? Wow!

Sebagai perantau dari jawa timur, saya tidak kangen pecel selama disini? Bullshit! Pecel salah satu makanan andalan yang ada dibarisan depan makanan favorit saya. Rasa bumbu yang unik dan paduan sayur mayur sebagai bahan dasar tidak akan pernah bisa saya hiraukan. Saya beruntung memiliki ibu yang jago masak dan berbaik hati membuatkan anak bungsunya bumbu pecel siap pakai meskipun sebelumnya saya malas menyesakkan bumbu ini dikoper. Bumbu pecel ini sungguh obat mujarab menepis kerinduan akan makanan warung dan ibu saya tentunya.

Daging sapi diselimuti bumbu balado. Nendang!

Suatu sore saya kerasukan rindu akan pecel. Saya dan flatmate kemudian setuju memasak menu pecel semirip mungkin dengan pecel yang ada di warung. Kami memasak daging bumbu balado sebagai temannya. Daging sapi berbalur bumbu merah keemasan yang pedas sangat cocok disandingkan dengan pecel. Kami menyertai sayuran untuk pecel kami minus daun kemangi yang memang susah didapat di Lagos. Timun juga. Kami lupa membelinya. Ini bentuk nasi pecel yang kami santap malam itu.
Menyantap menu Indonesia di negara orang itu salah satu bentuk syukur yang teramat besar. Jika tinggal di negara yang masih menyediakan restoran Indonesia lain cerita, tapi menikmati pecel di Afrika tentu luar biasa indahnya.

Sate.

Menemukan sate sebenarnya tak sulit di Lagos. Restoran cina dan beberapa restoran fushion milik lebanese umumnya selalu menyediakannya. Tentu dengan harga selangit. Di malam yang berbeda saya melontarkan ide sate sebagai menu makan malam bersama kedua flatmate saya. Sate ayam!

Sate ayam.

Memasak sate yang tidak terlalu sulit akhirnya kami lakukan. Memulai dengan menyiapkan daging ayam yang ditusuk rapi dibalur dengan sedikit garam, jeruk nipis untuk menetralisir bau amis, dan bahan andalan, kecap! Bahan makanan yang mustahil saya temukan di Lagos. Jangan berharap bisa menemukan kecap disini karena yang saya temukan hanya soy sauce buatan Hongkong ataupun Cina yang bentuknya cair dan lebih mirip kecap asin.

Olah sate ala-ala.
Bumbu pecel buatan ibu tercinta :) nyum! Mencampurnya dengan selai kacang untuk bumbu cocolan sate, rasanya? no doubt on it!
Lihat tampilan sate saya, seperti beli di warung khan? Hehehe.
I cant live without Bango! :p

Kecap kedelai macam kecap Bango? Forget it. Hanya satu tempat kecap kedelai tinggal, di kedutaan! Itupun harganya ampun. Orang-orang kedutaan menjualnya dengan harga tinggi. Itulah kenapa setiap saya pulang kecap selalu memiliki ruang dikoper saya. Saya tak akan bisa hidup di Afrika tanpa kecap. Sate ayam buatan kami dibakar diatas teflon karena kami tak memiliki panggangan. Membakar diatas teflon dengan kompor sedikit mengurangi nilai kenikmatannya dibanding dengan membakarnya di tungku arang seperti di warung. Bumbu sate didapat dari perpaduan selai kacang dan bumbu pecel saya. Rasanya! Wow! Pasta kacang mensubtitusi bumbu kacang yang biasa dibuat penjual sate dan rasanya tak buruk. Kreatif ditengah keterbatasan. Rasanya tetap enak! Mungkin karena bawaan mood dan rindu, semuanya jadi nyum! :)

Ayam goreng kering.

Nyum! Crunchy!
Damn this is hot!

Ayam goreng kampung yang biasa saya dapatkan di warung dekat rumah, ah yang ini murah dan memanjakan. Ayam yang dilumuri garam, lada, jeruk nipis dan cabe bubuk kemudian digoreng kering. Dimakan dengan nasi panas dan sambal! Wow! Serasa makan di warung sungguhan. Dan cara makan terenak, seperti ini! Pakai tangan :D

Ini cara makan ternikmat! Pakai tangan!

Tahu goreng plus sambal!

Ya tahu. Makan nasi panas dengan tahu dan sambal terasi nikmatnya mengalahkan menu restoran dengan aneka platting dan namanya yang aneh2. Makanan sederhana ini luar biasa dengan harga yang ‘mahal’.

Tahu, menu sederhana namun jadi ‘mahal’ jika anda hidup di Afrika!

Tahu di Lagos bisa saya beli seharga 140 naira alias 8400 rupiah sepotong ukuran 5 x 15 cm dengan tinggi hanya 4 cm. Mahal sekali dibandingkan tahu yang sering saya beli di pasar tradisional di Indonesia seharga 300 rupiah dan dua kali lebih tebal dibandingkan tahu disini. Ya, semakin jarang bahan makanan ditemukan harganya semakin tinggi. Sayangnya saya hanya menemukan tahu dan memupus harapan bisa menemukan temannya, karya kuliner terenak di dunia, apalagi jika bukan tempe.