
Saya ingat betul posisi duduk saya waktu menginjak kelas satu sekolah menengah pertama. Di pojok barisan paling depan, persis dekat pintu masuk. Saat jam pelajaran mulai masuk pukul 3 sore karena saat itu saya masuk sekolah siang hari, angin mulai menyapu wajah dan sejenak bisa mengubah hingar bingar kelas menjadi sunyi. Sunyi bagi saya setidaknya.
Ah itu dulu, jangan disamakan dengan sekarang. Dulu saat pertama kali masuk SMP saya jelas teramat pendiam hingga hanya memiliki beberapa teman yang bisa dihitung jari. Saya bukan termasuk daftar anak gaul yang populer. Mungkin dulu saya memang lambat beradaptasi ke dalam lingkungan sekolah yang rata-rata muridnya memiliki nilai akademis diatas rata-rata. Tapi itu hanya bertahan saat kelas satu dan berubah saat kelas dua dan tiga. Teman-teman saya mulai banyak.
Beralih ke SMA saya rasa saya cukup berhasil melalui masa transisi dari seorang murid yang pendiam dengan teman-teman yang terbatas menjadi murid yang banyak teman. Tentu saja saya cukup bersyukur karena mengawali SMA di kelas yang berisi teman-teman super humble. Kelas satu SMA merupakan kelas terbaik yang pernah saya lalui.
Sekarang? Semuanya berbeda. Mencari teman bukan perkara rocket science. Apalagi jaman sudah berubah sejak bermunculan jejaring sosial. Dimulai dari Friendster yang booming sekitar tujuh tahunan yang lalu, kemudian Facebook, Twitter dan yang terakhir Path dan Line. Jejaring sosial macam mereka memang banyak membantu memperluas pertemanan, paling tidak itu yang saya rasakan saat ini.
Sebagai contoh, saya mengenal Winda Savitri berawal saat saya mengurus visa di Jakarta. Saya dan Ruli yang kenal dengan Winda lebih dulu dari Ayos bertemu di Grand Indonesia Jakarta. Siang itu merupakan pertemuan pertama saya dengan Winda. Kami berbincang ringan di salah satu restoran Jepang sembari menikmati menu yang kami pesan. Saat pikir pertemuan itu salah satu awal dari pertemanan yang lebih luas hingga kemudian saya bertemu Maya Wuysang. Pertemuan saya dengan Maya terjadi saat saya, Ruli dan Winda sepakat berlibur singkat ke Bandung bulan Juni tahun lalu. Pertama kali bertemu Maya dengan kepribadian yang easy going saya pikir kami berempat benar-benar klik, bisa gila berempat dengan topik ‘kesogehan’ yang diagung-agungkan Ruli. Kami berteman baik hingga saat ini.
Selepas kenal dengan Maya, saya mulai kenal dengan Nuran Wibisono. Penulis ciamik lulusan Sastra Inggris Universitas Jember yang sekarang menimba ilmu di Magister UGM. Saya mengenalnya saat tak sengaja masuk ke blog miliknya, Foi Fun. Saat itu saya membuka blog Nuran dari link travel blog super kece Hifatlobrain milik The One and Only, Ayos Purwoadji. Blog dengan bahasan ringan namun berbobot itu cukup sering saya sambangi apalagi saat ia memposting tentang kesempatan mengunjungi beberapa negara Eropa hingga ke makam Jim Morisson. Dan memang harus diakui, Hifatlobrain dan Foi Fun adalah dua blog yang membuat saya mulai memberanikan diri membuat blog. Lebih tepatnya rajin memperbarui blog dengan konten yang berbobot. Dan saya rasa menulis di blog jauh lebih menyenangkan daripada nongkrong didepan Facebook dan melihat beberapa orang sibuk berkomentar di status orang lain. Coba buka blognya deh, saya jamin kontennya menarik. Saya dan Bang Nuran (begitu saya memanggilnya, karena dulu saya kira ia berusia 27-an, eh ternyata…beda setahun lebih tua dari saya, ealah!) lebih sering berkicau di twitter tentang makanan, resep, hingga battle masak yang belum kesampaian sampat saat ini. Oh ya, Bang Nuran ternyata juga memiliki hobi masak. Mungkin suatu saat nanti kita bedua akan battle membuat sushi, hehehe.
Kenal dengan Nuran berlanjut dengan Slamet Utomo Rukmono atau biasa dipanggil Panjul. Teman bang Nuran ini seorang penggila sepak bola yang tak henti-hentinya berkicau tentang bola di akun twitternya. Saya juga sempat membaca beberapa tulisan bagusnya di blog miliknya. Mungkin suatu saat nanti saya bisa membuat si Panjul super iri jika bisa bertemu dengan suku magis Dogon di Mali. Kalau saya sampai bisa bertemu mereka saya janji akan memamerkan kisah perjalanan saya padanya. Masih satu line dengan Nuran, saya juga kenal dengan bang Sukmadede, traveler yang tak lelah mempromosikan Indonesia di setiap perjalanannya, simak cerita-cerita bapak satu anak ini disini. Sepertinya sekarang bang Sukma sedang gencar mempromosikan kids travelling, agar anak Indonesia mengenal negerinya sedini mungkin. Keren ya!
Pertemanan saya semakin melebar dan mulai kenal dengan traveler sekaligus writer cewek yang juga tak kalah kece, Dwi Putri Ratnasari atau mudahnya panggil saja Putri. Lulusan Airlangga ini sudah menyelusuri beberapa spot menarik di Indonesia, salah satu yang membuat saya iri ketika ia berkesempatan mengeksplor Sumba. Putri ini sepertinya juga seorang easy going dan kerennya lagi cewek ini pernah jadi salah satu traveler pilihan ACI bersama Ayos. Ia berkesempatan mengeksplor Kalimantan. Kunjungi blognya disini.
Baru-baru ini teman saya bertambah, namanya Fahri Zakaria. Ia punya blog yang memuat postingan spesifik tentang musik yang, yah ia bisa disebut music blogger. Baru-baru ini blognya sempat masuk nominasi blog musik terbaik yang dihelat salah satu provider telekomunikasi. Sepertinya Masjaki ini paham betul dan mengikuti perkembangan musik Indonesia dari era ke era. Ia juga pernah berkesempatan mengunjungi Iran officially (Keren!). Satu lagi, si mbak lucu Ririn Datoek. Ah belum bertemu saja kami sudah klik. Mbak satu ini saya kenal juga lewat blognya WOWnderfulife saat kesasar membaca postingannya tentang ibadah umrah yang pernah ia jalani. Kami sempat chatting di ym beberapa waktu lalu hingga larut malam. Mbak Ririn ini sepertinya orang super sibuk. Hari-harinya dipenuhi meeting dengan klien2nya di perusahaan advertising tempat ia hidup sekarang, Jakarta. Yang terakhir mas Immanuel Sembiring. Bapak ini gila! Sudah hampir keliling dunia sepertinya, dan salah satu yang membuat saya iri, ia pernah ke Macchu Picchu di Peru dan tempat-tempat eksotis lainnya, coba cek disini. Keren euy!
Mungkin akan lebih menyenangkan jika saya bisa bertemu langsung dengan bang Nuran, Panjul, bang Sukma, Fahri, Putri, mbak Ririn, Maya, Winda, Ayos, Ruli, bang Immanuel dan teman-teman kami lainnya di kesempatan yang sama suatu saat nanti. Semeja, menikmati keakraban, makanan yang enak, bertukar cerita, kemudian berfoto bersama! Sepertinya bakal menyenangkan. Semoga saja tahun depan kami tak hanya saling berkicauan di twitter, tapi bisa benar-benar bertemu. Semoga.
Ah, kali ini mungkin saya bisa mengejek balik bapak saya yang dulu sering sekali meremehkan pertemanan saya. Kata beliau saya tidak cukup pandai bergaul karena terlewat pendiam, sekarang ‘Hey dear Dad, I changed!’.