A Simply Way To Be Grateful

“Azis, your work is slow, very slow. It’s not like you before, I’m not happy.”.

Kemudian, sontak saya merasa ada yang tak mengenakkan.

***

ASimplyWayToBeGrateful

Kalimat pertama di atas itu terucap dua kali, Senin kemarin dan hari ini. Bos saya nampak tak puas dengan apa yang saya kerjakan akhir-akhir ini. Beliau bilang speed saya teramat lambat. Bahkan sangat lambat. Tak seperti Azis yang beliau kenal, yang cekatan dan tak pernah terlambat menyelesaikan tugas. Saya tak menyangka beliau mengatakan “your work is very slow” untuk kedua kalinya. Saya pribadi tak setuju jika apa yang saya kerjakan lambat adanya. Hanya saja, harus saya akui I jumped from one to another, dan membuat apa yang saya kerjakan nampak lambat. Satu tak selesai, kemudian lompat ke yang lain. In the end, semua tak selesai tepat waktu.

Bohong jika tak mengakui apa yang terjadi tadi sore adalah sesuatu yang cukup memalukan (I shouldn’t say that it happened in front of few people, gah). Ada rasa yang tak mengenakkan yang bahkan detik ini, detik saya menulis postingan ini, masih terasa. Saya bukan orang yang super super sensitif, hanya sedikit melankolis. Rasa tak enak ini hanya saya anggap bagian dari “well, I’m a human anyway. Bukan patung atau boneka”. Kadang yang membuat rasa tak enak itu merambat menjadi kesedihan saat sadar saya sedang berjuang jauh dari negeri sendiri. Meskipun begitu, ada satu hal yang terus menerus saya pupuk jika saya mendapati kejadian seperti hari ini ; learn and never stop learning. I really took it as a lesson and stay positive.

Tadi, sepanjang perjalanan kembali dari sholat tarawih, mata saya menerawang ke arah langit. Kebetulan langit cukup cerah hingga saya mendapati bulan berpendar. Sambil terus berjalan, saya bergumam dalam hati, “bukankah orang-orang hebat itu tak lahir secara tiba-tiba. Ada yang namanya tempaan, yang membuat mereka tumbuh kuat dan berbeda”. Kemudian saya berkaca pada apa yang saya alami, bahwa tempaan-tempaan yang tak kentara macam rasa kesal Bos saya tadi yang akan membuat mental saya kuat. Tempaan-tempaan itu justru saya perlukan untuk melatih diri agar lebih giat bekerja. Tempaan-tempaan itu yang akan membuat saya memaknai lebih pada apa yang disebut kerja keras. Sebentar, bukannya kerja keras adalah salah satu kunci untuk membangunkan mimpi-mimpi saya selanjutnya? :). Masih ingin ke Paris kan?, masih suka makan enak kan?, Sony a7r?, the lastest MacBook yang space grey itu lho biar matching sama iPhone 6-nya?, nanti pulang mampir Abu Dhabi ingin belanja pernak-pernik dan coklat buat oleh-oleh kan? iya semua, hahaha. So, mari terus kerja keras dan jangan mudah putus asa ;).

***

Tadi saat melihat langit, saya sembari bernapas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Rasanya damai sekali. Menenangkan. Apalagi, angin semilir menyederhanakan makna syukur yang ingin saya pelajari hari ini. Rasa syukur pada kesempatan untuk belajar lagi. So Zis, wake up and keep learning, tomorrow you must do it better. I’m thankful for today, and I hope tomorrow there is another chance to stay alive and keep learning for many things. Jika saja anda mendapati kejadian yang sama seperti saya hari ini, barangkali It’s a Beautiful World ini bisa sedikit melepas penat (use your headphones!) :).

Good night!

Cheers,

-A-

P.S. iPhone picture above was taken when I stood in front of a huge tree on one day last year. I saw someting beautiful about those leaves, I could even feel how serene it was when the wind blew. Such a simply way to feel happy and grateful.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.