Bahagianya Pulang! (Bagian 2, Selesai)

Lagos – Dubai.

Saya sudah duduk manis di dalam pesawat. Seperti halnya penerbangan dari Dubai ke Lagos, penerbangan sebaliknya ini tak selalu ramai. Beberapa kursi tampak tak ada yang memiliki. Saya duduk tepat di barisan kursi sebelah kiri, dekat jendela. Siang hari cahaya dari luar nampak sangat kuat menembus jendela membuat saya terpaksa menutupnya. Pesawat saya mulai take-off. Bahagia yang sesungguhnya pun dimulai.

Saya mulai menaruh headsets di kedua daun telinga, menikmati musik dari playlist ponsel saya sendiri. Bahagia kecil terjadi lagi saat waktu menikmati makan siang tiba. Saya belum seribet sekarang saat melihat makanan-makanan bagus ada di depan mata. Saat itu saya hanya menikmati complete meal  mulai dari nasi hingga dessert-nya. Mousse coklat Emirates memang juara. Sungguh lumer di lidah.

Saat hari sudah sore, saya mulai membuka jendela di samping untuk menikmati sore dari ketinggian saat awan-awan yang mirip kumpulan kapas itu mulai menguning. Senjanya cukup indah hari itu. Saya tidak memperhatikan layar di depan saya sudah berada di ketinggian negara mana. Yang jelas, bisa menikmati senja di ketinggian, staring up my window dan sadar bahwa saya berada di pesawat dalam perjalanan pulang itu bisa jadi bahagia kecil lainnya. Hari mulai gelap, saya mulai mengantuk. Mata saya sepertinya meminta tanggung jawab untuk dipejamkan. Jam tidur yang terganggu sehari sebelumnya berhasil saya tebus. Jaket tebal tidak cukup mempan mengurangi dinginnya temperatur di dalam pesawat. Namun saya tetap terlelap tidur. Sesekali bangun untuk memastikan saya sudah melewati negara mana saja. Dan yang terpenting pukul yang berlaku detik itu selalu saya perhatikan.

Tidak terasa saya sudah bangun dengan badan yang lebih segar. Layar di depan menunjukkan Dubai sudah dekat. Saya mulai menyesuaikan waktu setempat dengan jam tangan abu-abu yang melingkar di pergelangan kiri. Tujuannya tentu saja agar saya update dengan zona waktu yang berlaku saat itu. Ini penting sekali agar saya selalu waspada dengan jadwal penerbangan selanjutnya.

Pesawat tiba di Dubai. Pagi sekali, beberapa menit setelah melewati pukul dua belas waktu Dubai. Bandara masih sibuk meski tak segila pagi dan siang hari. Saya bersemangat mencari terminal selanjutnya dengan langkah yang lebih mantap. Saya harus memastikan jam penerbangan dan titik terminal saya tepat. Setelah saya yakin dengan jam terbang selanjutnya dan tentu saja letak terminalnya, saya kembali menyusuri bandara yang sekilas seperti mall itu dengan langkah tergesa-gesa. Waktu transit saya ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada di tiket saya. Saya hanya memiliki sekitar satu setengah jam dari tiga jam yang tertera di tiket. Sial!

Saya menyusuri beberapa toko setelah berhasil menukar dollar ke dirham. Tidak banyak barang yang saya beli, hanya beberapa benda kecil yang menurut saya unik dan ringan. Sempat mampir ke kedai Starbucks sebentar dan mencomot mug serta botol minum berhiaskan Burj al Arab. Selain itu, toko yang memajang beberapa pernak-pernik khas negeri kaya itu berhasil menggoda saya. Beberapa magnet lemari es, gantungan kunci, miniatur hotel milik Dubai yang menjulang, dan beberapa suvenir berukuran mini saya pilih. Oh ya, saya sempat bertemu kembali dengan gadis Iran di salah satu gerai parfum ternama.

Sebenarnya saya belum puas mengelilingi bandara, namun karena tak ingin mengambil resiko terlambat check-in, akhirnya saya putuskan kembali ke terminal yang sudah nampak sangat penuh. Penuh dengan orang-orang negeri sendiri yang akan pulang, selebihnya orang-orang barat yang transit disana setelah penerbangan dari Amsterdam.

Ah, saya semakin dekat dengan Jakarta. Kali ini saya harus menempuh delapan hingga sembilan jam lagi. Pesawat dari Dubai ke Jakarta selalu sesak. Kali ini saya tak cukup beruntung duduk di spot favorit saya. Seorang Jerman duduk di dekat jendela. Disampingnya seorang Belanda dan setelahnya baru saya. Penerbangan saya saat itu was the best ever, tentu karena kepulangan pertama. Saya tak henti melihat layar dimana pesawat sudah melewati India, kemudian ke arah timur lagi dan lagi hingga menunjukkan sudah diatas Malaysia. O gosh it was so fantastic! Saya akan tiba di Jakarta.

***

Jakarta-Surabaya.

Akhirnya, sumringah saya ada pada titik tertinggi, Jakarta! Saya berhasil mendarat di negara sendiri setelah sebelas bulan lamanya.

Tiba di Jakarta, artinya beberapa jam lagi saya akan tiba di kampung halaman. Keluar dari pesawat masih setengah tidak percaya, Indonesia!. Terdengar norak ya? Ah anda mungkin belum bisa merasakan apa yang saya rasa saat itu. Setelah melewati imigrasi, saya langsung menuju tempat penukaran uang. Saya tak memiliki rupiah yang cukup untuk pulang.

Tiket Jakarta-Surabaya yang sudah di tangan sejak tiga hari sebelum saya tiba, menunjukkan penerbangan ke Surabaya pukul 7 malam. Cukup lah, tak terlalu malam. Tapi….sial sekali! Pesawat saya delayed hingga pukul sembilan dan terus hingga akhirnya berangkat pukul sepuluh. Artinya saya akan tiba hampir tengah malam, rrghh! Saya mencoba menikmati setiap momennya. Menapaki jalan menuju pesawat saat itu benar-benar membahagiakan. Sejam perjalanan ke Surabaya tidak saya lewatkan dengan tidur meski mata saya setengah ngantuk. Akhirnya ya akhirnya! Surabaya!

Selesai dengan urusan koper tiga puluh kilo itu, saya mencari muka seorang yang sudah memaki-maki saya sejak perbincangan via bbm di bandara Lagos. Tak lain tak bukan, manusia yang menasbihkan sebagai orang paling kaya, si Ruli. Setelah beberapa menit mencari batang hidungnya akhirnya ketemu juga. Gila! Ia tambah tambun, hahaha! Makian-makian Ruli tak akan pernah habis, bahkan sampai di warung tempat kami menikmati rawon tengah malam, warung di depan JW Marriot. Sebenarnya saya memilih bakso sebagai makanan yang harus dinikmati pertama kali, tapi rawon juga bukan pilihan buruk. Apalagi…apalagi…saya bertemu dengan tempe! Jiah tempe! Fav food ever! Plus kerupuk putih. Nikmat sekali.

Setelah selesai ‘ngewarung’ dini hari akhirnya saya sampai juga di kampung. Ow no, dini hari melenggang di kampung sendiri dan….waktunya knocking doors! Ini lucu. Mengetuk pintu rumah, yang ada bapak saya yang membukanya. Kedengaran dari dalam ia ngomel kecil, “siapa tamu pagi-pagi begini…” jiah…tak dinanya saat pintu terbuka…”oh, kamu…” hahaha. Kalau diingat lucu juga ya! Setelah bapak, giliran mengagetkan ibu yang terlelap tidur. Saya ‘jawil’ beliau, setengah tak sadar matanya terbuka perlahan dan…..jiah ini lebih dramatis sedikit, beliau langsung terbangun dan memeluk saya. Matanya berkaca-kaca, mungkin beliau rindu sebelas bulan tak melihat batang hidung anak bungsunya.

Malam itu, oh bukan pagi, pagi itu pagi pertama di rumah, berbincang sebentar dengan bapak, ibu dan kakak saya yang terbangun karena kedatangan dadakan saya. Kami mengobrol ringan hingga pukul 2. Setelah itu saya ingin tidur di kasur! Meskipun agak sulit karena jetlag. Ah akhirnya…rumah.

Saya menghabiskan cuti saya sebulan yang lebih terasa seperti seminggu itu dengan maksimal. Kenyataannya sih tak terlalu maksimal jika saya ingat lagi. Tiga hari dihabiskan di alam terbuka dengan Maya, Ruli, Winda dan Ayos. Selebihnya banyak disibukkan dengan jalan-jalan dan bertemu dengan teman-teman kerja dulu pun sahabat-sahabat saya. Menghabiskan waktu dengan keluarga sedikit sekali, itu kesalahan saya yang saya janji…insyaallah tak akan terulang tahun ini. Saya sudah punya daftar baru tentang apa saja yang akan saya kerjakan untuk cuti tahun ini. Oh, pulang!

Sebentar, biar lebih sahdu saya putar dulu Home-nya Michael Steven Bublé yang tak pernah gagal membuat khayalan rumah di depan mata. Sepagi ini berpikiran pulang, jiah tak boleh ah!

Bahagianya Pulang 1

Bahagianya Pulang 2

Bahagianya Pulang 3

Bahagianya Pulang 4

Bahagianya Pulang 5

PS : Foto-foto terlampir diatas itu beberapa buah tangan yang saya beli, tidak semua bisa saya tunjukkan disini. Saya baru sadar bahwa saya tak banyak memiliki potret tahun lalu, jadi beberapa di postingan ini lah yang berhasil saya temukan di hardisk. Tak apalah, tahun ini akan saya posting lebih detail dengan foto-foto yang lebih menarik. Ah saya jadi tak sabar ke Lekki Market di Ikoyi, tempat saya menemukan kerajinan asli Afrika, kemudian belanja lebih kalap di Dubai nanti. Nanti…kalau saya pulang, bukan nanti beberapa jam kedepan hehehe. Sebentar, saya lirik dulu dompet saya *kemudian hening….

2 thoughts on “Bahagianya Pulang! (Bagian 2, Selesai)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.